Ohayou minna-san! Lagi pada ngapain nih? Masih puasa kan? Mumpung masih dalam suasana puasa, kali ini kita akan membahas sedikit mengenai Jepang yang berbau-bau Islami.
Seperti yang kita ketahui, Jepang adalah negara yang sangat maju yang disertai dengan kedisiplinan dan keuletan masyarakatnya. Mereka bisa sukses karena memiliki sifat serta sikap (yang akan kita uraikan), yang sebenarnya sifat dan sikap itu sudah diajarkan dalam agama Islam, jauh sebelum negara Jepang itu ada.
Baiklah minna, mari kita bahas satu per satu sifat serta sikap yang dimiliki masyarakat Jepang sehingga negara mereka bisa sangat maju seperti sekarang.
- Malu
Malu adalah budaya leluhur dan turun temurun bangsa Jepang. Contohnya sikap malu yang paling fenomenal di Jepang adalah Harakiri, yaitu bunuh diri dengan menusukkan pisau/pedang ke perut. Ritual ini ada sejak era samurai, yang dilakukan ketika mereka kalah dalam pertempuran. Di era modern ini, sikap malu yang ditunjukkan masyarakat Jepang contohnya “mengundurkan diri” bagi para pemimpin yang terlibat korupsi atau merasa gagal menjalankan tugasnya. Efek negatifnya mungkin adalah anak-anak SD, SMP yang kadang bunuh diri, karena nilainya jelek atau tidak naik kelas. Mereka malu terhadap lingkungannya apabila mereka melanggar peraturan ataupun norma yang sudah menjadi kesepakatan umum.Sifat/Sikap malu jelas adalah ajaran Islam. Tapi bukan berarti dalam ajaran Islam dibolehkan bunuh diri. Bunuh diri jelas sangat-sangat dilarang. Malu yang dimaksud adalah malu yang masih dalam tahap wajar dan terpuji.Sikap malu sangat dianjurkan dalam Islam. Bahkan jelas dan tegas dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Sesungguhnya setiap agama memiliki akhlak, dan akhlak Islam adalah malu.”Dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Malu itu tidak mendatangkan sesuatu melainkan kebaikan semata-mata.”Dalam riwayat Muslim disebutkan,
“Malu itu kebaikan seluruhnya.”Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling pemalu. Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu anhu berkata,
“Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lebih pemalu daripada gadis yang dipingit di kamarnya.” - Mandiri
Di Jepang, sejak usia dini anak-anak dilatih untuk mandiri. Bahkan seorang anak TK sudah harus membawa 3 tas besar berisi pakaian ganti, makanan bekal, sepatu ganti, buku-buku, handuk dan sebotol besar minuman yang menggantung di lehernya. Lepas SMA dan masuk bangku kuliah hampir sebagian besar tidak meminta biaya kepada orang tua. Biasanya mereka mengandalkan kerja part time untuk biaya sekolah dan kehidupan sehari-hari. Kalaupun kehabisan uang, mereka “meminjam” uang ke orang tua yang nantinya akan mereka kembalikan di bulan berikutnya.Anjuran untuk berusaha sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain adalah ajaran agama Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya, seorang di antara kalian membawa tali-talinya dan pergi ke bukit untuk mencari kayu bakar yang diletakkan di punggungnya untuk dijual sehingga ia bisa menutup kebutuhannya, adalah lebih baik daripada meminta-minta kepada orang lain, baik mereka memberi atau tidak”. - Pantang Menyerah
Jepang adalah bangsa yang tahan banting dan pantang menyerah. Terbukti, ketika bencana terjadi di tahun 1945, mulai dari bom atom di Hiroshima dan Nagasaki , disusul dengan kalah perangnya Jepang, dan ditambah dengan adanya gempa bumi besar di Tokyo, ternyata masyarakat Jepang terpuruk dalam kesedihan. Dalam waktu beberapa tahun saja, Jepang sudah berhasil membangun industri otomotif dan bahkan juga kereta cepat (shinkansen). Hal ini juga dapat kita lihat ketika bencana Gempa dan Tsunami tahun 2011 silam di Jepang. Musibah itu memporak-porandakan beberapa daerah di Jepang dan pastinya juga berdampak pada perekonomian mereka. Namun bisa kita liat, Jepang segera bangkit dan hingga kini Jepang masih menguasai perekonomian dunia.Contoh lainnya adalah Akio Morita. Dia adalah orang Jepang yang awalnya menjadi tertawaan orang ketika ia menawarkan produk Cassete Tapenya yang mungil ke berbagai negara lain. Namun, akhirnya Akio melegenda dengan Sony Walkman-nya.Ada yang unik di Jepang yang berhubungan dengan kegagalan dan pantang menyerah ini. Di negeri sakura ini, ilmu dan teori dimana orang harus belajar dari kegagalan ini mulai diformulasikan di Jepang dengan nama shippaigaku (ilmu kegagalan). Luar biasa ya, sampe segitunya.Namun, kita juga pasti tau, bahwa Semangat dan pantang menyerah ini juga salah satu dari ajaran Islam. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Bersemangatlah kamu terhadap apa-apa yang bermanfaat bagi kamu, dan mohonlah pertolongan pada Allah dan jangan merasa lemah (pantang menyerah). Dan jika menimpamu sesuatu maka jangan katakan ‘andaikata dulu saya melakukan begini pasti akan begini dan begini’, tetapi katakanlah ‘semua adalah takdir dari Allah dan apa yang dikehendakiNya pasti terjadi’.”
Dalam ajaran Islam ada yang dinamakan Tawakkal. Syekh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Tawakal adalah menyandarkan permasalahan kepada Allah dalam mengupayakan yang dicari dan menolak apa-apa yang tidak disenangi, disertai percaya penuh kepada Allah Ta’ala dan menempuh sebab (sebab adalah upaya dan aktifitas yang dilakukan untuk meraih tujuan) yang diizinkan syari’at”.Lihat bagaimana motivasi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam agar kita mencontoh burung dalam berusaha, burung tidak tahu pasti di mana ia akan mendapat makanan, akan tetapi yang terpenting bagi burung adalah ia berusaha keluar dan terbang mencari. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
”Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang.”Seperti lagunya Maher Zain, “Insya Allah ada Jalan”. Jika kita berusaha dan tawakkal, maka kita akan medapat jalan keluar dari arah yang tidak kita sangka-sangka.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (At-Thalaq: 3) - Loyalitas
Loyalitas membuat sistem karir di sebuah perusahaan berjalan dan tertata dengan rapi. Sedikit berbeda dengan sistem di Amerika dan Eropa, sangat jarang orang Jepang yang berpindah-pindah pekerjaan.Dalam ajaran Islam seorang muslim diajarkan agar mematuhi persyaratan yang telah mereka sepakati. Jika dalam suatu perusahan mereka bekerja, maka mereka harus mematuhi persyaratan perusahaan yaitu harus mencurahkan yang terbaik serta loyal dengan perusahaan teresebut selama tidak melanggar batas syariat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Umat Islam berkewajiban untuk senantiasa memenuhi persyaratan mereka.“ - Inovasi
Jepang mungkin bukan bangsa penemu. Seperti yang kita liat di buku-buku sejarah dan televisi serta internet, banyak penemu yang berasal dari Eropa. Tapi orang Jepang mempunyai kelebihan dalam meracik temuan orang dan kemudian memasarkannya dalam bentuk yang diminati oleh masyarakat.Islam juga mengajarkan agar kita mengembangkan Ilmu dan belajar (bukan inovasi dalam urusan agama = bid’ah). Bahkan kedudukan orang yang berilmu tinggi baik. Baik Ilmu dunia maupun akhirat.
Allah Ta’ala berfirman,
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 11) - Kerja Keras
Bukan suatu rahasia lagi bahwa bangsa Jepang adalah pekerja keras. Rata-rata jam kerja pegawai di Jepang adalah 2450 jam/tahun, sangat tinggi dibandingkan dengan Amerika (1957 jam/tahun), Inggris (1911 jam/tahun), Jerman (1870 jam/tahun), dan Perancis (1680 jam/tahun). Seorang pekerja Jepang boleh dikatakan bisa melakukan pekerjaan yang biasanya dikerjakan oleh 5-6 orang. Pulang cepat adalah sesuatu yang boleh dikatakan “agak memalukan” di Jepang, dan menandakan bahwa pegawai tersebut termasuk “yang tidak dibutuhkan” oleh perusahaan.Kerja keras juga Ajaran Islam. Bahkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam mengajarkan kita berlindung kepada Allah dari sifat malas,“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian.”
Bahkan kita harus bersegera dalam kebaikan untuk diri kita.
Allah Ta’ala berfirman,
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”. (Al-Baqarah: 148) - Jaga Tradisi, Saling Menghormati
Perkembangan teknologi dan ekonomi, tidak membuat bangsa Jepang kehilangan tradisi dan budayanya. Budaya perempuan yang sudah menikah untuk tidak bekerja masih ada dan hidup sampai saat ini. Budaya minta maaf masih menjadi reflek orang Jepang. Kalau suatu hari Anda naik sepeda di Jepang dan menabrak pejalan kaki, maka jangan kaget kalau yang kita tabrak malah yang minta maaf duluan. Luar biasa! Kalo di negara kita gimana ya? If you know what i mean lah yaa.. -_-Tentu saja tradisi yang baik yang dilestarikan. Tradisi yang sesuai dengan nilai luhur dan ajaran Islam. Ajaran Islam juga melertarikan tradisi yang baik. Sebagaimana tradisi orang Arab Jahiliyah yang memuliakan tamu, menepati janji dan sumpah walaupun sumpah itu berat sekali. Bahkan adat/tradisi bisa dijadikan patokan hukum dalam ajaran Islam. Sebagaimana kaidah fiqhiyah.
“Adat/tradisi dapat dijadikan patokan hukum”Syaikh Doktor Muhammad Al-Burnu Hafizahullah menjelaskan makna kaidah ini, “Bahwasanya adat manusia jika tidak menyelisihi syari’at adalah hujjah dan dalil, wajib beramal dengan konsekuensinya karena adat dapat dijadikan hukum”.Mengenai perempuan yang sudah menikah dan tidak bekerja (IRT), ini juga ajaran utama agama Islam. Pekerjaan IRT bukanlah “Bukan Pekerjaan”. Bahkan pekerjaan IRT lebih berat daripada pekerjaan-pekerjaan lainnya. Ibu rumah tangga bukan pekerjaan yang sepele dan hina, akan tetapi adalah sebuah kehormatan dan butuh pengorbanan yang akan melahirkan dan mendidik generasi terbaik.“Janganlah kalian melarang istri-istri kalian pergi ke masjid-masjid, dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”
Mengenai menghormati orang tua. Jelas ini ajaran Islam. Bahkan digandengkan dengan ridha Allah. Allah Ta’ala berfirman:
“Dan Rabb-mu telah memerintahkan agar kamu jangan beribadah melainkan hanya kepada-Nya dan hendaklah berbuat baik kepada ibu-bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, ‘Ya Rabb-ku, sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil.” (Al-Israa’ : 23-24) - Budaya Baca
Jangan kaget kalau Anda datang ke Jepang dan masuk ke densha (kereta listrik), sebagian besar penumpangnya baik anak-anak maupun dewasa sedang membaca buku, koran, ataupun komik. Tidak peduli duduk atau berdiri, banyak yang memanfaatkan waktu di densha untuk membaca.Dalam Islam, ayat yang pertama kali turun adalah perintah membaca.
Allah Ta’ala berfirman,
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan” (Al-Alaq: 1)Begitupula jika kita membaca teladan para ulama, misalnya syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani rahimahullah yang membaca setiap hari 12 jam. Begitu juga ulama yang lain, ada yang membaca sambil berjalan, hingga ia terperosok dalam lubang. Ada yang membaca sampai ia tertidur dengan buku di atas wajahnya. - Hidup Hemat
Orang Jepang memiliki semangat hidup hemat dalam keseharian. Sikap anti konsumerisme berlebihan ini nampak dalam berbagai bidang kehidupan. Di masa awal mulai kehidupan di Jepang, mungkin kita sedikit heran dengan banyaknya orang Jepang ramai belanja di supermarket pada sekitar jam 19:30, dan ternyata sebelum tutup itu pihak supermarket memotong harga hingga setengahnya.Jelas hidup hemat adalah ajaran islam, yaitu hemat dan berusaha qana’ah (berkecukupan). Allah Ta’ala berfirman,
“Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian.” (Al-Furqan: 67) - Kerja Sama Kelompok
Budaya di Jepang tidak terlalu mengakomodasi kerja-kerja yang terlalu bersifat individualistik. Termasuk klaim hasil pekerjaan, biasanya ditujukan untuk tim atau kelompok tersebut.Ada satu anekdot menarik bahwa “1 orang professor Jepang akan kalah dengan satu orang professor Amerika, namun 10 orang professor Amerika tidak akan bisa mengalahkan 10 orang professor Jepang yang berkelompok”. Ini menandakan bahwa ketika masyarakat Jepang (tidak hanya masyarakat Jepang sebenarnya) bersatu atau berkelompok, mereka tak terkalahkan.Anjuran untuk bekerja sama adalah ajaran Islam. Saling membantu dalam kebaikan dan pahala.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (Qs. Al Maidah: 2.)
Nah, itu tadi uraian sifat serta sikap masyarakat Jepang yang membuat mereka bisa maju serta sukses seperti sekarang. Sebenarnya tidak sulit kan? Bangsa kita pun pasti bisa melakukannya, asalkan ada kemauan. Apalagi sebagian besar masyarakat kita beragama Islam, dan ke semua sikap tadi sudah ada dalam ajaran Islam. Yakinlah suatu saat kita bisa lebih dari Jepang. Ganbatte! (Semangat kali ya? Mimpi? Tidak, kita pasti bisa! Minum JOSS!!) LOL.
Wassalam, minna! 🙂
saya sangat suka sekali dengan jepun, apa lagi sejarahnya..