Ohitorisama atau budaya tunggal sedang “tren” di Jepang. Orang Jepang akhir-akhir ini suka melakukan segalanya sendiri dan menikmati hidup tanpa gangguan siapa pun. Tren tersebut semakin menjamur, terbukti dengan munculnya tempat-tempat khusus untuk dikunjungi sendiri.
Budaya tunggal ini sebenarnya bertolak belakang dengan kebiasaan orang Jepang satu dekade lalu. Menurut laporan BBC, sekitar 10 tahun yang lalu, masih banyak orang Jepang yang merasa malu ketika terlihat makan sendirian di kantin sekolah atau kantor. Mereka yang sendirian memilih makan siang di toilet alias “benjo meshi”.
Namun, sekarang diperkirakan 50% dari segmen populasi berusia 15 tahun ke atas akan hidup sendiri pada tahun 2040, kata Arakawa Kazuhisa, peneliti Hakuhodo, sebuah perusahaan periklanan di Jepang.
Dia juga mengatakan mayoritas orang Jepang pada dasarnya suka bertindak secara mandiri. “Ada dua jenis orang. Mereka yang lebih suka menyendiri dan yang tidak. Mayoritas orang Jepang pada dasarnya suka melakukan sesuatu ‘sendirian’,” katanya.
“Beberapa orang ingin menikmati waktu tanpa kehadiran orang lain. Yang lain ingin terlibat dalam komunitas baru,” kata Tateishi Miki, seorang bartender di Bar Hitori, sebuah bar di Shinjuku, Tokyo, yang dirancang khusus untuk peminum solo.
Tempat khusus untuk “me time” diperuntukkan bagi konsumen introvert. Mereka biasanya merasa tidak nyaman jika berada di tengah kelompok besar. Di sini, konsumen hanya berinteraksi dengan beberapa orang. Memiliki ruang yang sempit membantu interaksi lebih mudah terjadi.
Istilah “masyarakat super solo” telah menjadi kata kunci di kalangan peneliti hubungan sosial dan pemasaran. Data resmi menunjukkan rasio rumah tangga dengan orang tua dan anak-anak secara bertahap menyusut karena lebih sedikit orang dewasa yang menjalin hubungan.