Inilah kasus pertama kematian pegawai konstruksi yang sedang membangun stadion utama olahraga bagi tempat pembukaan Olimpiade 2020 mendatang.
“Korban adalah karyawan konstruksi berusia 23 tahun tinggal di Tokyo dan bunuh diri tanggal 2 Maret 2017. Dia melakukan pengawasan kualitas bangunan, tetapi karena kerja berlebihan (over) lebih dari 200 jam per bulan, stres akhirnya bunuh diri,” papar Hiroshi Kawahiro pengacara keluarga korban yang meninggal bunuh diri itu.
Korban jelas sangat tertekan karena berlebihan kerja. Itulah sebabnya keluarganya tanggal 12 Juli lalu mengajukan kompensasi ganti rugi, tambahnya.
Kawahito menekankan bahwa keluarga korban ingin menekankan agar jangan sampai ada lagi karyawan seperti anaknya mengalami hal serupa di masa depan.
Pihak perusahaan konstruksi, menurut Kawahito sadar akan kesalahannya, sistim yang tidak nyaman sehingga terjadi jumlah jam kerja berlebihan.
“Perusahaan konstruksi akan meninjau balik sistim kerjanya tersebut agar lebih baik di masa depan.”
Perhitungan Kawahito dari banyak bukti yang ada, sebelum pemuda yang lulus Universitas akhir Maret 2016 itu, kerjanya di bulan Januari selama 211 jam 56 menit. Lalu di bulan Februari 143 jam 32 menit. Jauh melebihi dari ketentuan standar UU Perburuhan Jepang.
UU Perbutuhan Jepang 8 jam sehari kali 5 hari atau 40 jam seminggu dan 160 jam sebulan. Sedangkan kerja korban Januari 2017 sempat melebihi 212 jam per bulan.
sumber : http://www.tribunnews.com/internasional/2017/07/20/kasus-pertama-kematian-karyawan-konstruksi-stadion-jepang-untuk-olimpiade-2020