Pelaku usaha Indonesia berhasil mencatatkan potensi transaksi cangkang sawit untuk diekspor ke Jepang dengan nilai hingga USD12 juta per tahun.
Inilah hasil one-on-one business matching antara pelaku bisnis cangkang sawit Indonesia dengan pengusaha industri biomassa Jepang yang dilakukan di Pekanbaru, Riau pada Rabu–Kamis (24–25/11).
Pertemuan bisnis tersebut difasilitasi oleh Kementerian Perdagangan bersama Japan External Trade Organization (JETRO) Jakarta dan Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit (APCASI).
“Untuk menjaga surplus neraca perdagangan, pemerintah terus berupaya mengembangkan produk dan komoditas yang berpotensi ekspor dengan permintaan dan nilai jual yang tinggi di pasar global. Salah satu komoditas tersebut adalah cangkang kelapa sawit,” kata Dirjen PEN Kementerian Perdagangan Didi Sumedi di tempat terpisah, dikutip Sabtu (27/11/2021).
Jepang saat ini merupakan pasar terbesar untuk cangkang sawit dan diperkirakan akan terus menjadi pasar utama untuk komoditas tersebut. Hal ini disebabkan oleh kebijakan energi Jepang yang menetapkan bahwa 24 persen pemenuhan energi di Jepang pada tahun 2030 harus berasal dari energi baru dan terbarukan.
Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Kementerian Perdagangan Marolop Nainggolan mengatakan Kementerian Perdagangan akan terus mendorong peningkatan ekspor cangkang sawit ke Jepang melalui kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan.
“Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan bersama Japan External Trade Organization berupaya menjaga dan meningkatkan ekspor cangkang sawit ke Jepang. Salah satu bentuk kerjasamanya adalah melalui kegiatan one-on-one business matching kali ini,” kata Marolop.
Marolop menambahkan, Kemendag mengajak calon pembeli untuk memeriksa langsung gudang dan pabrik pengolahan agar lebih yakin dengan kualitas cangkang sawit Indonesia.
“Selain pertemuan bisnis, kami juga mengundang pengusaha Jepang untuk mengunjungi stock pile dan pabrik kelapa sawit di daerah Siak dan Dumai. Kami berharap calon mitra usaha dari Jepang percaya dengan potensi besar cangkang sawit Indonesia dan tertarik untuk menjalin kerjasama bisnis jangka panjang dengan pelaku usaha lokal,” kata Marolop.
Pencocokan bisnis dengan para pelaku usaha Jepang sebelumnya pada April 2021 telah berhasil menelurkan pengapalan cangkang sawit oleh PT Internasional Green Energy sebanyak 10 ribu ton dan PT Prima Khatulistiwa Sinergi sebanyak 11 ribu ton pada awal November 2021 untuk memenuhi kontrak kontinuitas. pengiriman per bulan ke pasar Jepang.
Kemudian pada awal Desember 2021, PT Jatim Propertindo akan mengirimkan 20.000 ton cangkang sawit untuk memenuhi kontrak serupa dengan perusahaan di Jepang.
Sebagian besar produksi cangkang sawit dunia ada di Indonesia. Ekspor produk cangkang sawit Indonesia pada Januari–September 2021 telah mencapai USD 286 juta, atau meningkat 27,01 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2020.
Negara tujuan ekspor utama produk cangkang sawit Indonesia adalah Jepang dengan pangsa 84,5 persen dari total ekspor cangkang sawit Indonesia, disusul Thailand, Singapura, Korea Selatan, dan India.
Pasokan cangkang sawit di Indonesia berasal dari Jambi, Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Tengah dan Sumatera Utara.
Pesaing utama Indonesia untuk produk cangkang sawit adalah Malaysia dan Thailand. Namun, eksportir cangkang sawit Indonesia menghadapi persaingan yang relatif ketat dengan eksportir Malaysia.
Harga cangkang sawit di Malaysia relatif lebih murah dan stabil, sedangkan harga di Indonesia fluktuatif dan cenderung naik karena bea keluar dan pungutan ekspor, serta minimnya infrastruktur pendukung.
Perdagangan Indonesia–Jepang
Pada Januari–September 2021, total perdagangan nonmigas Indonesia dengan Jepang mencapai USD22,53 miliar. Nilai ini meningkat 29,08 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai USD 17,46 miliar.
Sementara itu, ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang Januari-September 2021 mencapai USD12,12 miliar dan impor Indonesia dari Jepang sebesar USD10,41 miliar. Dengan demikian, Indonesia surplus terhadap Jepang sebesar USD 1,70 miliar.
Pada tahun 2020, ekspor nonmigas Indonesia ke Jepang sebesar USD 12,88 miliar dan impor nonmigas Indonesia dari Jepang sebesar USD 10,62 miliar. Dengan demikian, Indonesia surplus terhadap Jepang sebesar USD 2,25 miliar.
Komoditas ekspor utama Indonesia ke Jepang pada tahun 2020 antara lain batu bara, skrap logam mulia, minyak bumi, nikel, dan kabel berinsulasi.
Komoditas impor utama Indonesia ke Jepang pada tahun 2020 antara lain aksesoris kendaraan bermotor, baja lembaran berupa gulungan, turbin uap, dan kendaraan bermotor full knock down.