Kehidupan Sekolah di Jepang


Moshi-moshi minna, agan, masbro, mbakbro, dkk! Pada kesempatan kali ini kita akan membahas sedikit mengenai kehidupan sekolah di Jepang!

Sama seperti di negara kita tercinta ini, Indonesia, sistem persekolahan di Jepang meliputi Sekolah Dasar (6 tahun), Sekolah Menengah Pertama (3 tahun), Sekolah Menengah Atas (3 tahun) dan universitas (4 tahun). Jargon di negara kita, “Wajib belajar 9 tahun” ternyata juga dipakai di Jepang, yaitu wajib belajar 6 tahun di sekolah dasar, dan 3 tahun di sekolah menengah pertama. Namun, sebanyak 97% pelajar di sana melanjutkan pendidikannya di sekolah menengah atas. Sama juga dengan yang sudah diterapkan di sebagian besar sekolah di Indonesia, untuk masuk sekolah menengah atas para pelajar harus mengikuti ujian masuk terlebih dahulu. Untuk sekolah negeri, selama pendidikan wajib, para siswa bebas biaya sekolah serta mendapatkan buku-buku materi/pelajaran secara gratis. Yang bayar cuma biaya makan siang ditambah uang ekskul. Keren banget kan? Ayo, siapa yang mau sekolah di sana? Biaya ke sana nya yang mahal kali ya? *nyengir.

Dalam satu kelas di sekolah dasar, terdapat sekitar 30 sampai 40 orang siswa. Mata pelajaran yang dipelajari umumnya meliputi Bahasa Jepang, Matematika, Sains, Ilmu Sosial, Musik, Kerajinan Tangan, Penjas, dan Home Economics; yaitu belajar keterampilan seperti memasak dan menjahit. Bahasa Inggris di sana tidak jadi prioritas, namun belakangan sudah makin banyak sekolah dasar yang mulai memasukkan Bahasa Inggris sebagai materi pelajaran. Selain bahasa Inggris, di sekolah dasar juga mulai diperkenalkan Teknologi Informasi dengan tambahan sarana internet di sekolah-sekolah.

Para siswa juga belajar berbagai seni tradisional Jepang seperti shodo (kaligrafi) dan haikuShodo dilakukan dengan mencelupkan kuas ke dalam tinta untuk menulis huruf kanji (jenis huruf yang berasal dari China) dan kana (huruf fonetis yang berasal dari kanji) secara indah. Haiku adalah bentuk puisi yang berkembang di Jepang sekitar 400 tahun yang lalu, berupa syair pendek yang terdiri dari 17 sukukata, terbagi atas satuan lima, tujuh, dan lima suku-kata. Haiku memakai ungkapan sederhana untuk menyampaikan emosi yang mendalam kepada pembacanya.


Di sekolah-sekolah dasar umumnya, para siswa mendapat makan siang yang biasanya disiapkan oleh sekolah itu sendiri ataupun pusat pengadaan makanan sekolah di daerah setempat. Sedangkan untuk yang melayani ketika jadwal makan siang berlangsung, adalah kelompok siswa yang bergilirian/bergantian setiap harinya. Seru banget kan? Jadi lebih berasa kekeluargaanya. Menu makan siangnya itu sendiri beraneka macam, yang pastinya sehat dan bergizi, serta higienis dong! Waktu makan siang adalah saat-saat yang paling ditunggu oleh seluruh siswa. Lapeeerr..

Sepanjang tahun ajaran banyak sekali event-event yang dapat diikuti oleh seluruh siswa, mulai dari event olahraga yang mencakup pertandingan berbagai jenis olahraga seperti lari estafet, tarik tambang, bahkan piknik ke tempat-tempat wisata; sampai dengan event festival seni dan budaya.

Kegiatan Ekstrakulikuler


Di Jepang, hampir semua siswa sekolah ikut bergabung dalam kegiatan ekstrakulikuler, seperti olahraga, musik atau seni, bahkan sains. Klub ekstrakulikuler yang paling populer atau paling banyak diminati adalah Klub Bisbol, terutama di kalangan anak laki-laki. Namun belakangan klub sepak bola juga mulai ramai diminati, apalagi sejak Jepang menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2002 silam. Masih pada ingat kan?

Selain bisbol dan sepak bola, klub lain yang nggak kalah banyak peminatnya ialah judo, tenis, basket, gimnastik, dan voli. Ketertarikan mereka atas klub-klub yang diikutinya ini tidak terlepas dari banyaknya event ataupun pertandingan antar sekolah hingga ke tingkat nasional. Mereka berlomba-lomba menjadi yang terbaik.

Untuk klub lain selain olahraga yang populer adalah seperti klub paduan suara, seni, band, manga, klub teh, klub merangkai bunga, dan lain-lain.

Kegiatan Di Luar Sekolah
Anak-anak Jepang menggunakan waktu luangnya dengan macam-macam cara, contohnya yang paling populer adalah bermain video games. Selain itu anak-anak Jepang juga hobi berolahraga bersama teman-teman, seperti bermain sepak bola, bisbol ataupun loncat tali. Ada juga yang suka mengumpulkan stickers atau setip dan saling menukarkannya dengan teman-temannya.


Anak-anak bahkan remaja Jepang sangat suka menonton anime dan membaca komik (manga). Mereka juga hobi mengoleksi mainan atau yang biasa disebut action figure dari tokoh-tokoh anime yang mereka tonton. Bahkan sebagian besar dari mereka juga hobi ber-cosplay ria. Tau cosplay kan?

Di Jepang juga banyak terdapat permainan tradisional yang menjadi hiburan bagi anak-anak selama berabad-abad. Origami, misalnya. Ada lagi yang disebut Beigoma, yang populer di kalangan anak laki-laki, yaitu sebuah permainan di mana beberapa anak memutar gasing pada waktu yang bersamaan. Pemenangnya adalah pemain yang gasingnya paling lama berputar. Pernah pada main kan? Nah, satu lagi permainan anak-anak Jepang yang tidak asing lagi bagi kita, yaitu bermain kelereng! Di Jepang, permainan ini disebut Ohajiki. Ayo, siapa yang dulu pas SD nya paling jago main kelereng?

Anak-anak Jepang juga suka ikut dalam berbagai kegiatan musiman bersama keluarga mereka, khususnya kala liburan musim panas ketika mereka pergi ke kolam renang atau ke pantai. Dari musim panas sampai dengan musim gugur, banyak anak menikmati acara berjalan kaki dan berkemah di pegunungan, dan selama musim dingin, mereka terkadang pergi main ski atau snowboarding di banyak pusat-pusat rekreasi musim dingin di Jepang.

Anak-anak juga biasanya ikut les privat di luar sekolah, untuk belajar berenang atau main piano, misalnya. Yang lain bergabung dengan tim bisbol atau sepak bola setempat. Juga, untuk meningkatkan atau melengkapi pelajaran mereka, banyak anak mengikuti les tambahan privat yang disebut juku. Yah, ini mungkin bagi anak-anak pintar dan rajin kali ya, atau bahkan dipaksa orang tuanya seperti kita? Eh? Kita?

2 comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *