Isu Penyanderaan, Jepang Sensor Kata-Kata Keji di Media

Pemerintah Jepang menyensor segala bentuk gambar atau kata-kata yang mengandung kekerasan yang bisa menyinggung perasaan warga di tengah isu penyanderaan yang menewaskan dua warganya, Kenji Goto dan Haruna Yukawa

Selama isu ini memanas, tidak ada gambar atau kata-kata pisau, tebusan dan darah. Bahkan beberapa film anime dan program televisi lainnya terpaksa menyensor diri dengan menunda siaran atau episode yang mengandung kekerasan di masa-masa sensitif ini.

Diberitakan Japan Today, Minggu (1/2), beberapa stasiun TV menghitamkan gambar atau menggantinya dengan tayangan lain, atau mematikan suara, yang dianggap membangkitkan ingatan akan penyanderaan. Di antara mereka menghitamkan gambar kekerasan atau menggantinya dengan cuplikan lain.

Salah satunya adalah film animasi komedi “Detective Opera Milky Holmes TD” yang terpaksa menunda episode kelima mereka karena dinilai “tidak pantas”. Episode itu berjudul “tebusan Carol.” Jaringan Televisi Fuji juga membatalkan episode animasi “Assassination Classroom,” karena “dinilai berisi materi yang tidak pantas untuk keadaan saat ini.”

Grup penyanyi pria Kat-Tun batal menyanyikan lagu terbaru mereka “Hidup atau Mati” di stasiun TV Asahi pada 23 Januari dan menggantinya dengan lagi “Pecinta Putih.” Sensor juga diterapkan oleh grup band Ling Tosite Sigure dengan mengubah lirik mereka yang mengandung kata “pisau” dan “darah”.

Jishuku

Sensor semacam ini bukanlah hal aneh di Jepang dan selalu diterapkan jika terjadi bencana dan tragedi yang dapat mempengaruhi kehidupan warga. Sensor ini dinamakan “Jishuku” atau pengendalian diri sendiri.

Pekan lalu, puluhan anggota parlemen wanita Jepang menuai kecaman setelah datang dalam sesi pertama sidang dengan mengenakan kimono tradisional yang penuh warga. Di blog dan sosial media, mereka dianggap tidak sensitif dan terlihat girang.

Sensor serupa juga pernah diterapkan Jepang usai gempa bumi dan tsunami yang menewaskan 19 ribu orang pada Maret 2011 lalu. Saat itu, lampu di seluruh Jepang diredupkan dan acara lawak dibatalkan.

Selain itu, tidak ada satupun media yang menampilkan mayat-mayat korban tsunami dan gempa. Hal ini dimaksudkan agar para korban dapat tegar dan melanjutkan kehidupan mereka. Sebuah band populer di Jepang bernama All Star bahkan tidak menyanyikan salah satu lagu hit mereka berjudul “Tsunami”.

Kenji Goto adalah sandera terakhir yang tewas di tangan ISIS setelah sebelumnya Haruna Yukawa menemui nasib yang sama. Pemerintah Jepang sebelumnya menolak memenuhi tebusan sebesar US$200 juta dan belum memenuhi tuntutan pembebasan pelaku pengeboman di Yordania.

sumber : cnnindonesia.com

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *