Belajar Menunjuk Tempat dengan Ko-so-a-do Kotoba

babon

Konichiwa Minna! Kali ini mari kita nunjuk-nunjuk dengan ko-so-a-do kotoba yang terdiri dari kata “ko-so-a-do” yang merupakan kata-kata penunjuk: “kore”, “sore”, “are” dan kata tanya “dore”, yan digabungkan dengan kata “kotoba” yang berarti tempat. Dimana ko-so-a-do kotoba ini digunakan untuk menunjukkan suatu tempat atau lokasi.

Kore -> Koko

“Kore”, yang berarti “ini”, menjadi “koko”, yang berarti “di sini”. Sesuai artinya, koko digunakan untuk menunjukkan suatu tempat atau lokasi yang dekat dengan si pembicara. Contoh: koko wa ginkou desu <di sini adalah bank>.

koko

Sore -> Soko

Untuk menunjukkan suatu tempat atau lokasi yang agak jauh dari si pembicara dan cenderung lebih dekat dengan lawan bicara, digunakan “soko”, berarti “di situ”, yang berasal dari “sore”, berarti “itu”. Contoh: soko wa ginkou desu <di situ adalah bank>.

soko

Are -> Asoko

Nah untuk kata tunjuk “di sana” digunakan “asoko” yang berasal dari kata “are”, yang berarti “itu” untuk benda yang lebih jauh. Kata tunjuk ini digunakan si pembicara bila suatu tempat atau lokasi yang ingin ditunjuk jauh dari si pembicara maupun lawan bicaranya. Contoh: asoko wa ginkou desu <di sana adalah bank>.

asoko

Dore -> Doko

Tidak lengkap rasanya jika kita menunjukkan suatu tempat atau lokasi tapi kita tidak tahu cara menanyakan dimana tempatnya. Untuk itu lahirlah “doko” <watashi wa “lebay” desu -_- > berarti “dimana”, yang berasal dari “dore” yang berarti “yang mana”. Contoh: ginkou wa doko desu ka? <bank ada dimana?>.

doko

Itu dia cara untuk menunjukkan suatu tempat atau lokasi. Pada dasarnya kita hanya perlu menggunakan suku kata pertama dari kata-kata penunjuk: “kore”, “sore”, “are” dan juga kata tanya “dore” yaitu “ko-so-a-do” dan menambahkan “ko” dibelakangnya. Tetapi khusus untuk kata “are” ditambahkan “soko” dibelakang “a”, menjadi “asoko”. Hal ini mungkin karena “soko” dan “asoko” memiliki fungsi yang hampir sama.

Ko-so-a-do kotoba ini sungguh-sungguh berguna, karena bisa kita gunakan sebagai pengganti nama suatu tempat. Tapi tentunya kita harus memastikan orang yang diajak bicara mengerti apa yang kita maksudkan, karena seringkali ada salah paham dalam mengatikannya. Contoh: ada sepasang suami istri yang sudah lama menikah. Sang suami meminta tolong kepada istrinya: “tolong ambilkan itu”. Yang dia maksud gelas kopi, tetapi si istri mengambil garpu <? istri yang aneh hehehe 😀 >.

Hah cukuplah dari saya, semoga setelah baca artikel ini kita semua bisa nunjuk-nunjuk <? manusia yang aneh -_- … 😮 dan itu saya >. Tapi sebelum saya bilang “sayonara”, saya mau nanya, “lebay” bahasa Jepang-nya apa ya? :3 … Sayonara Minna!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *