Diagnosis stres pasca trauma yang dialami mantan Putri Mako sebelum menikah pada Oktober lalu kembali menjadi sorotan.
Karena kini diduga ada tekanan kuat yang dihadapi wanita kekaisaran Jepang, karena beberapa anggota lainnya terkendala masalah kesehatan mental.
Putri Mako, keponakan Kaisar Naruhito, menjadi sorotan publik setelah diketahui bahwa keluarga suaminya, Kei Komuro, terlibat dalam perselisihan keuangan.
Bibinya, Permaisuri Masako, telah lama berjuang melawan penyakit yang berhubungan dengan stres karena tekanan yang dia alami karena bebannya menghasilkan ahli waris laki-laki.
Sementara itu, mantan Permaisuri Michiko, ibu kaisar, tidak dapat berbicara selama berbulan-bulan karena fitnah mingguan yang dia terima setelah suaminya naik takhta pada 1989.
Baik permaisuri maupun mantan permaisuri adalah orang biasa sebelum pernikahan mereka dengan putra mahkota.
Dikutip dari Mind-People.com dari Japan Today, berdasarkan Undang-Undang Rumah Kekaisaran Jepang tahun 1947, wanita tidak berhak naik takhta.
Selain itu, wanita kekaisaran juga harus meninggalkan rumah mereka jika menikah dengan orang biasa.
Sementara Putri Mako dan Komuro menikah pada 26 Oktober, tidak ada upacara tradisional yang diadakan karena kekhawatiran publik tentang masalah uang.
“Seolah-olah tidak ada hak asasi manusia (dalam keluarga kekaisaran),” kata psikolog klinis Sayoko Nobuta.
Badan Rumah Tangga Kekaisaran mengungkapkan bahwa sebelum pernikahan Putri Mako didiagnosis dengan kesehatan mental PTSD yang kompleks.
Masalah kesehatan mental yang harus dihadapi mantan putrinya disebabkan oleh pelecehan psikologis yang diterima pasangan dan keluarga mereka.
Mengenai kesehatan mental putrinya, Putra Mahkota Fumihito, saudara lelaki kaisar, menekankan pada kesempatan ulang tahunnya yang ke-56, perlunya membangun cara untuk menyangkal laporan palsu.
Kasus mantan putri hanyalah yang terbaru dalam sejarah masalah mental yang menimpa wanita di keluarga kekaisaran.
Pada tahun 2004, diumumkan bahwa Permaisuri Masako telah didiagnosis dengan gangguan penyesuaian setelah melahirkan Putri Aiko pada tahun 2001, satu-satunya anak antara dia dan kaisar.
Permaisuri, mantan diplomat yang lulus dari Harvard dan Oxford, menyerahkan karirnya demi memasuki keluarga kekaisaran pada tahun 1993 setelah menerima lamaran pernikahan meskipun awalnya menolak.
Banyak yang berspekulasi bahwa penyebab utama depresi Permaisuri Masako adalah karena dia diharuskan untuk menghasilkan ahli waris laki-laki.
Ini karena tidak ada putra yang dilahirkan dalam keluarga kekaisaran sejak kelahiran Putra Mahkota Fumihito pada tahun 1965.
Situasi mereda setelah Putri Mahkota Kiko melahirkan pada 2006 dari Pangeran Hisahito yang berusia 15 tahun, yang berada di urutan kedua takhta.
Namun, bahkan mantan permaisuri, yang menjadi orang biasa pertama yang menikahi pewaris takhta kekaisaran pada tahun 1959, tidak kebal terhadap tekanan dari keluarga kekaisaran.
Pada ulang tahunnya yang ke-59 pada Oktober 1993, mantan permaisuri pingsan dan kehilangan suaranya karena afasia psikogenik.
sumber : https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-013386207/terima-banyak-tekanan-wanita-kekaisaran-jepang-kerap-alami-gangguan-kesehatan-mental?page=all