Hasil Studi: Pekerja Jepang Paling Sedikit Mengambil Jatah Liburan

Berdasarkan hasil penelitian dari 24 negara, menunjukkan bahwa pekerja Jepang menempati persentase terendah yang untuk kategori karyawan yang mengambil liburan lalu pekerja Jepang juga menempati peringkat 1 dalam persentase tertinggi sebagai karyawan yang aktif bekerja tidak mengambil liburan. Tidak heran negara tersebut mendapatkan peringkat sebagai negara dengan tingkat kelelahan perkerja tertinggi di Dunia

Rata-rata, dari 18 jatah hari libur yang diberikan, pekerja Jepang hanya menggunakan 7 hari saja atau sekitar 39%. Negara lain dengan ranking terdekat yaitu Korea selatan, dimana pekerjanya juga mengambil 7 hari liburan dari jatah 10 hari yang tersedia, sehingga penggunaan persentase liburannya 70%. Brazil dan Prancis duduk dipuncak klasemen sebagai negara dengan karyawan yang mengambil seluruh jatah liburannya dari 30 hari yang disediakan

survei pekerja di jepang | sukajepang.com

Persentase hari libur diatas tersedia di  Expedia

Dari 24 Negara, Persentase nilai median (nilai tengah) dari responden yang tidak mengambil satu pun hari libur pada tahun lalu hanya 1 %,  namun di Jepang ada 17%, peringkat kedua ada Amerika Serikat sebanyak 13% dan peringkat ketiga Kanada dengan 3%.

survei pekerja di jepang

Persentase pekerja yang tidak mengambil seharipun jatah libur mereka pada tahun lalu (gambar dari  Expedia) .

Berbanding terbalik dengan Jepang, tidak ada seorang pun responden dari Australia yang tidak mengambil jatah hari libur mereka pada tahun lalu.

Pekerja Australia memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan
Pekerja Australia memiliki hal yang lebih penting untuk dilakukan

Hasil dari studi ini mengkhawatirkan Jp[ang. dimana kasus kematian karena kebanyakan kerja telah menjadi Isu lama dan bahkan memiliki istilah tersendiri: Karoushi. Lalu adanya kekuatan/aura yang membuat pekerja di Jepang menolak mengambil jatah liburannya, bagi kebanyakan orang disana lembur beberapa jam setiap hari dianggap sebagai suatu yang normal. Tokyoites bahkan menentang pengoperasian kereta 24 jam baru-baru ini. kemungkinan besar karena kekhawatiran  tidak dapat “kereta terakhir” bukan lagi menjadi alasan untuk pulang kerumah. Bisa-bisa pekerja akan pulang larut sekali.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *