Etiket Makan di Jepang: Haruskah Membalikkan Mangkuk Setelah Selesai Makan di Restoran?

Etiket Makan di Jepang: Perlukah Membalikkan Mangkok Setelah Makan?

Masyarakat Jepang dikenal sangat menjunjung tinggi budaya dan etika di mana pun mereka berada.

Khususnya saat makan, banyak hal yang harus dipelajari soal etiket makan Jepang.

Banyak anak muda hingga wisatawan yang tidak mengerti aturan makan di restoran Jepang.

Misalnya cara yang benar menggunakan sumpit, cara menyeruput mi, hingga yang paling banyak dipertanyakan “apakah mangkuk harus dibalik setelah selesai makan di restoran Jepang?”

Anak muda di Jepang saat ini mungkin sudah tidak terlalu peduli dengan etiket makan di Jepang.

Etiket Makan di Jepang: Haruskah Membalikkan Mangkuk Setelah Selesai Makan di Restoran?

Bahkan bahnyak di antara mereka baru tahu ada kebiasaan membalikkan mangkuk setelah makan di restoran.

Etiket makan di Jepang membalikkan mangkuk setelah selesai makan dalam Bahasa Jepang disebut fusedon.

Secara harfiah fusedon artinya mangkuk telungkup.

Cara tidak biasa ini diyakini berasal dari Prefektur Yamagata.

Konon seorang yamabushi, pendeta prajurit yang tinggal di gunung-lah yang memulai tren tersebut.

Namun, etiket makan di Jepang membalikkan mangkuk ini tampaknya sudah mulai dilupakan.

Sebuah survei pernah dilakukan tahun 2016 kepada 623 orang di Tokyo, ibaraki, Aichi dan Chiba.

Survei menunjukkan tata krama tersebut sebagian besar tidak diketahui.

Dikutip TribunTravel dari laman Soranews, Jumat (21/5/2021), baru-baru ini fusedon sering terlihat dalam budaya populer di Jepang melalui tokoh dan karakter game atau anime yang membalikkan mangkuk setelah selesai makan.

Kenapa mangkuk yang disediakan di meja ditata dengan cara dibalik dan haruskah itu dibalik lagi setelah makan?

Fusedon tidak hanya dilakukan pada mangkuk nasi saja, tapi juga mangkuk hidangan besar seperti omuraisu (nasi omelet).

Menurut masyarakat Jepang, fusedon dimaksudkan untuk menunjukkan rasa terimakasih kepada koki.

Mangkuk yang dibalik setelah makan artinya benar-benar kosong.

Hal ini menunjukkan setiap suap terakhir dari makanan yang tersaji benar-benar dinikmati dan dihabiskan semua.

Namun, sebagian orang juga tidak setuju dengan cara makan ini.

Bagi mereka, fusedon terlihat kurang bersih, berantakan dan menyulitkan staf restoran membersihkan mangkuk terbalik setelah makan.

Meski mangkuk yang dibalik sudah kosong, sisa-sisa bumbu makanan yang menempe justru bisa mengotori meja.

Menariknya, baru-baru ini seorang pengguna Twitter @nomoretakuan membagikan foto panduan etiket makan di Jepang pada periode Showa.

Unggahan akun @nomoretakuan  yang diunggah 21 Maret 2021 lalu telah memberi jawaban serta pencerahan bagi warganet yang bertanya-tanya soal etiket makan di Jepang membalikkan mangkuk setelah selesai makan.

Panduan etiket ini dikeluarkan oleh Dewan Pendidikan tahun 1938 sebagai bahan ajar untuk sekolah menengah.

Pada panduan ini dijelaskan seseorang tidak boleh membalik “chawan” (cangkir teh atau mangkuk nasi) setelah mereka makan dan minum.

Jadi, jika kamu menghabiskan makanan hingga bulir nasi terakhir atau menyesap kuah kaldu hingga tetes terakhir dari mangkuk ramen, kamu tidak perlu membalikkan mangkuk sebelum meninggalkan meja.

Sama seperti mencampur wasabi dengan kecap asin, cara ini sangat tidak disukai koki.

Jadi cukup ucapkan “gochisosama deshita” (terima kasih atas makanannya) saat meninggalkan meja atau restoran.

Cara ini sudah menunjukkan kamu senang dengan makanannya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *