Jepang dikenal sebagai negara yang tertib dan sangat disiplin waktu. Dan kisah menarik tentang disiplin waktu ini tampaknya bisa kita tiru.
Beberapa waktu lalu, seorang menteri di Jepang meminta maaf karena terlambat tiga menit menghadiri rapat. Menteri Olimpiade Jepang, Yoshitaka Sakurada, dilansir Kompas, meminta maaf kepada publik atas perbuatannya yang salah, seperti ketidaktepatan menghadiri pertemuan yang menutupi kepentingan banyak orang.
Akibat penundaan ini, kelompok oposisi menyebut Sakurada sebagai tidak menghormati lembaganya. Bahkan, dia melakukan boikot hingga rapat pembahasan anggaran ditunda selama lima jam.
Kontroversi menteri berusia 69 tahun itu dikecam oleh para politisi. Hal ini karena tidak lepas dari rentetan blunder saat memberikan komentar. Sakurada pernah mengatakan bahwa dirinya merasa kecewa setelah Rikako Ikee, seorang bintang renang asal Jepang, didiagnosis menderita leukemia.
Terungkap bahwa Ikee menjadi andalan Jepang untuk merebut emas di Olimpiade Tokyo. “Saya sangat kecewa. Karena kami punya ekspektasi yang besar untuknya,” ujarnya.
Akhirnya, dia dibanjiri kritik dan kemudian dia meminta maaf atas kata-katanya. Tak hanya itu, pada 2016 menteri juga menyebut jugun ianfu (wanita penghibur).
Sakurada mengatakan bahwa perempuan yang dipaksa memberikan layanan seksual selama Perang Dunia II kepada tentara Jepang adalah pelacur profesional. Bahkan baru-baru ini dirilis koran Asahi Shimbun awal pekan ini, 65 persen responden merasa Sakurada tidak cocok untuk pekerjaan mereka saat ini.
Meski banyak yang mencoba mencari-cari kesalahannya, Sakurada juga mengungkapkan pernyataan uniknya, bahwa dia tidak pernah menggunakan komputer.
Sumber : https://kabar6.com/