Sebab Jepang Menyerah Tanpa Syarat kepada Sekutu

Pada masa Perang Dunia II, pada tanggal 14 Agustus 1945, terjadi peristiwa penting yaitu penyerahan Jepang kepada Sekutu.

Peristiwa penyerahan diri tanpa syarat Jepang kepada Sekutu diawali dengan serangan dua bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima (6 Agustus 1945) dan Nagasaki (9 Agustus 1945).

Kehancuran akibat dua bom atom tersebut membuat pemerintah Jepang melihat bahwa mereka tidak bisa lagi menghindari kekalahan dari Sekutu.

Penyerahan tanpa syarat itu sendiri berarti penyerahan di mana tidak ada jaminan apapun yang diberikan kepada pihak yang menyerah.

Penyerahan Jepang kepada Sekutu pada Agustus 1945 menandai berakhirnya Perang Dunia II.

Sebuah ultimatum untuk Jepang

Pada tanggal 7 Desember 1941, Jepang menyerang Amerika Serikat dengan mengebom Pangkalan Angkatan Laut mereka di Pearl Harbor, Hawaii.

Tujuan penyerangan Jepang ke Pearl Harbor sendiri adalah untuk melumpuhkan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pasifik.

Serangan ini mengakibatkan sebanyak 2.403 orang tewas dan 1.178 orang luka-luka.

Menanggapi pemboman Pearl Harbor, pada tanggal 8 Desember 1941, Kongres Amerika Serikat menyatakan perang terhadap Jepang.

Perang antara Jepang dan Amerika Serikat berlanjut hingga berakhirnya Perang Dunia II pada tahun 1945.

Dalam kurun waktu empat tahun, Amerika Serikat telah membakar 67 kota di Jepang secara hebat.

Seiring dengan urgensi Jepang dalam Perang Dunia II, Sekutu membuat ultimatum yang tertuang dalam Deklarasi Potsdam.

Melalui Deklarasi Potsdam, Sekutu menyerukan agar Jepang menyerah tanpa syarat.

Hiroshima dan Nagasaki dibom

Jepang rupanya mengabaikan Deklarasi Potsdam dan tetap menolak untuk menyerah.

Alhasil, Sekutu memutuskan untuk menyerang Jepang dengan senjata nuklir atau bom atom yang baru saja dikembangkan AS dalam Proyek Manhattan.

Pada tanggal 6 Agustus 1945, sebuah bom yang disebut anak kecil dijatuhkan di Kota Hiroshima. Sekitar 70.000 hingga 80.000 penduduk Hiroshima tewas dalam peristiwa itu.

Setelah Hiroshima, pada 9 Agustus 1945, Amerika Serikat kembali membom Jepang, tepatnya di Kota Nagasaki.

Bom kedua yang dijatuhkan di Nagasaki disebut Fat Man, bom nuklir yang bahkan lebih dahsyat dari bom sebelumnya.

Hanya dengan satu bom, seluruh kota Nagasaki bisa dihancurkan. Korban tewas mencapai 70.000 hingga 120.000 orang.

Pada saat yang sama, pada 9 Agustus 1945, pasukan Soviet menyerbu Manchuria, wilayah Cina utara yang diduduki Jepang.

Serangan ini menghancurkan pasukan Jepang yang berperang di Cina dan Korea.

Jepang menyerah kepada Sekutu

Kehancuran akibat bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki serta ancaman dari Uni Soviet membuat Jepang sadar bahwa kekalahan tidak bisa dihindari.

Akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1945 Kaisar Jepang Hirohito memutuskan untuk menyerah tanpa syarat kepada Sekutu.

Keesokan harinya, pada tanggal 15 Agustus 1945, Kaisar Hirohito secara langsung menyampaikan keputusan Jepang untuk menyerah tanpa syarat kepada Sekutu melalui radio nasional.

Pasukan Jepang sendiri berusaha menyembunyikan berita ini, agar tidak didengar oleh para pemuda Indonesia.

Namun, kabar tersebut terdengar oleh salah satu pemimpin negara saat itu. Tokoh yang mendengar berita menyerahnya Jepang kepada Sekutu adalah Sutan Syahrir.

Begitu Syahrir mendengar kabar tersebut, ia langsung menindaklanjutinya dengan mengajak para pejuang muda untuk mendesak Sukarno agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Referensi:

  • Departemen Perhubungan Direktorat-Jenderal Pos dan Telekomunikasi. (1980). Sejarah Pos dan Telekomunikasi di Indonesia. Departemen Perhubungan Direktorat-Jenderal Pos dan Telekomunikasi . Vol 1-3.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *